Setelah 19 tahun tidak pernah merasakan lagi menjuarai Piala Thomas, Indonesia akhirnya kembali membawa pulang gelar bergengsi kejuaraan beregu putra bulu tangkis dunia. Menghadapi juara bertahan China di Aarhus, Denmark, tim Merah Putih menang telak 3-0, Minggu (17/10).
Indonesia terakhir kali memboyong Piala Thomas pada gelaran tahun 2002. Dalam delapan perhelatan berikutnya, kita tak pernah lagi menjadi yang terbaik. Kesempatan pernah datang pada 2010 dan 2016. Namun, pada dua edisi itu kita harus puas jadi runner up. Padahal, sebelumnya Indonesia menjuarai Thomas Cup lima kali berturut-turut sejak 1994.
Indonesia adalah negara paling sukses sepanjang sejarah turnamen ini. Total kita mengoleksi 13 gelar. Sayangnya, pencapaian Indonesia berhenti di angka yang kerap diasosiasikan sial itu. Akhirnya, malam ini 'kutukan' itu dipatahkan.
Tidak tanggung-tanggung, kita menang dengan sangat meyakinkan. Di tunggal pertama, Anthony Sinisuka Ginting sempat membuat ketar-ketir kehilangan set pertama. Namun, bisa ia tebus di dua set berikutnya. Ginting mengalahkan Lu Guan Zu dengan skor 18-21, 21-14 dan 21-16.
Di partai berikutnya, pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto yang biasanya turun sebagai ganda kedua kali ini dipercaya tampil lebih dulu. Duet ini pun membayar lunas kepercayaan tersebut. Dengan percaya diri mereka taklukkan He Ji Ting/Zhou Hao Dong 21-12, 21-19.
Pertandingan tunggal kedua menjadi hidup dan mati bagi China. Tidak bisa ditawar, mereka harus mencuri poin. Jonathan Cristhie dan Li Si Feng sama-sama memikul beban berat. Di set pertama, Jojo bisa menang 21-14 dalam laga yang tidak bisa dibilang mudah juga. Terbukti di set kedua ia keteteran. Selalu tertinggal -meski sempat berusaha mengejar-Jojo harus kalah 18-21. Di set penentuan, kegigihan dan ketenangan Jojo membuahkan hasil. Ia menutup pertandingan 21-14.
Satu hal yang membanggakan, Indonesia meraih gelar ke-14 dengan mengandalkan anak-anak muda. Ginting, Jojo, Fajar dan Rian baru berusia antara 5-6 tahun pada saat Indonesia terakhir kali menang di Thomas Cup 2002. Kini, giliran mereka yang jadi pahlawan. Peran pemain lain, termasuk para senior seperti Mohamad Ahsan dan Hendra Setiawan, serta para pelatih juga tidak bisa dikesampingkan.
Akhirnya, selamat untuk para pemain, pelatih dan kita semua bangsa Indonesia. Semoga ini menjadi awal kebangkitan prestasi bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.