Guru, Bayu Meghantara, dan Olimpiade Sains Nasional Matematika

Reporter: Kominfotik JP  |  Editor: Kominfotik JP

Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara, bersama Sumargiono mantan Guru Matematikanya di SMPN 27 Jakarta Timur. Foto: Ran

Bodhidarma pernah berkata, “Hanya satu di antara seribu orang yang bisa sukses tanpa bantuan guru.” Ini yang dialami Bayu Meghantara tanpa jasa gurunya ia tidak bisa menjadi sosok yang seperti saat ini, menjadi Wali Kota Jakarta Pusat.

Sosok guru baginya begitu penting, bahkan hingga saat ini setelah dia menjadi Wali Kota Jakarta Pusat. Ia tidak melupakan gurunya yang ternyata berdinas di bawah pimpinanya di Sudin Pendidikan Wilayah satu.

Dialah Sumargiono, Kasie Dikmen Sudin Pendidikan Wilayah Satu, Jakarta Pusat adalah guru matematikanya semasa bersekolah di SMPN 27 Jakarta Timur.

Pagi itu, Selasa (3/9) Sumargiono tampil sumringah mengenakan batik saat menerima kenang-kenangan purna tugasnya dari Bayu Meghantara.

Usai menerima penghargaan Sumargiono memberikan beberapa ucapan perpisahan pada Bayu. “Terima kasih pada murid saya tercinta mas Bayu Meghantara. Luar biasa sekali perhatiannya pada saya. Saya juga tidak tahu apa spesialnya saya. Padahal gurunya banyak, saya hanya bagian kecil saja,” ungkapnya.

Sumargiono bercerita bagaimana ia bertemu dengan sosok Bayu kecil dulu. Ia mengajar di SMPN 27 Jakarta Timur untuk mata pelajaran matematika.

Saat itu, tahun 1985 Bayu masuk ke SMP tersebut, namun ia baru mengajar Bayu Meghantara di tahun 1986. Ia melihat sosok Bayu kecil penuh dengan semangat dan optimis untuk maju.

“Dia anak dari keluarga yang biasa saja. Tapi dia memiliki motivasi untuk maju, tatapan matanya tajam. Saat itu saya selalu memotivasi murid saya bahwa semua orang punya masa depan, termasuk murid kesayangan saya ini,” kenangnya.

Penilaiannya mengenai sosok Bayu Meghantara tak meleset, Bayu tumbuh sebagai murid berprestasi bahkan ia juga menjadi perwakilan DKI Jakarta dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) Matematika.

Sebagai gurunya, Sumargiono tahu persis potensi yang ada di diri Bayu Meghantara, hingga akhirnya ia kembali bertemu dengan murid kecilnya itu setelah 32 tahun berlalu dalam sosok yang berbeda.

“Dia masih mengingat saya sebagai gurunya setelah 32 tahun berlalu. Dia sudah menjadi wali kota saya. Saat ini saya sudah purna tugas, doa dari guru mu ini agar kamu sukses dan sehat selalu,” tuturnya.

Bagi Bayu Meghantara, sosok Sumargiono merupakan guru yang paling berjasa. Dari dirinyalah ia menyukai matematika. Apa yang diajarkan Sumargiono sukses membuatnya mewakili DKI Jakarta dalam OSN Matematika.

“Ada banyak murid yang tidak menyukai matematika, tapi begitu dia mengajarkan saya matematika saya lebih memahami dan menyukai matematika,” kenangnya.

Metode pengajaran Sumargiono begitu melekat dalam ingatannya bahkan hingga hari ini. Baginya gurunya adalah sosok guru sampai kapanpun.

“Tanpa kita sadari apa yang kita terapkan sehari-hari itu bagian dari pengajaran guru. Contohnya kita diajarkan baris berbaris, setiap hari kita melakukan itu apa yang diajarkan guru kita,” tandasnya. (As/Stk)

Kominfotik JP/NEL