Menikmati Pertunjukan Wayang Potehi di Thamrin 10

Reporter: Kominfotik JP  |  Editor: Kominfotik JP

Warga terhibur menyaksikan wayang potehi di Thamrin 10, Minggu (26/1). Foto: Zaki

Ratusan penonton duduk rapi di kursi panjang yang telah disediakan di depan pangung Jakarta Imlekan di kawasan Thamrin 10, menjelang pertunjukan wayang potehi yang dimulai pukul 19.00 WIB, Minggu (26/1) malam. Sebagian dari mereka sudah datang sejak sore hari. 

Ditemani cahaya dari lampion yang terpasang, warga nampak asyik menyaksikan pertunjukan wayang potehi dari Rumah Cinta Wayang. Wayang potehi merupakan alkulturasi budaya Tionghoa dan Nusantara. “Potehi” berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan “hi” (wayang). Secara sederhana, potehi itu wayang berbentuk kantong terbuat dari kain.

Lakon yang dibawakan dalam penampilan tadi malam adalah kisah klasik tentang Jenderal Sih Jin Kui. Pertunjukan selama 40 menit itu sukses membuat penonton tidak beranjak dari tempat duduknya. Mereka terpukau dengan bentuk boneka yang unik, kostum boneka, panggung dan ornamen khas serta iringan musik Tionghoa. 

Sisca misalnya, mahasiswi IISIP Jakarta sengaja datang untuk melihat kemeriahan Jakarta Imlekan. Ia mengaku terkesan dengan penampilan wayang potehi. “Bagus ternyata, kita baru tau kalau ada wayang seperti ini. Kalau bisa sih kegiatan ini terus dilakukan nggak hanya saat imlek saja. Jadi kita bisa denger cerita lainnya dari wayang potehi,” ucap Sisca yang datang bersama empat orang temannya. Bagi mereka, ini adalah pengalaman pertama menyaksikan wayang potehi.

Direktur Rumah Cinta Wayang, Woro Mastuti menerangkan, wayang potehi merupakan wayang yang biasa dipertunjukan di kelenteng. “Kita bawa kesini untuk memperkenalkan budaya sekaligus memberikan hiburan pada masyarakat luas,” ungkapnya. Jakarta Imlekan merupakan aksi nyata dari Pemprov DKI Jakarta yang ingin menghidupkan festival seni budaya sepanjang tahun di kota ini. Seperti diketahui, sebelumnya warga Jakarta juga dihibur oleh Festival Muharram pada saat perayaan Tahun Baru Hijriah dan rangkaian Christmas Carrol pada saat perayaan Natal.

 

Kominfotik JP/NEL