Bersekolah di Peninggalan Belanda

Reporter: Nelly Marlianti | Editor: Andreas Pamakayo

SMAN 1 Jakarta. Foto: Berlian Sigit

Bersekolah di sebuah bangunan peninggalan Belanda di Jakarta Pusat, mungkin punya nuansa tersendiri. Betapa tidak, bangunan yang masih asli peninggalan Belanda menjadi eksotisme tersendiri. Bangunan yang menyimpan banyak kisah peradaban sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.

Salah satunya bangunan sekolah peninggalan Belanda yang terletak di Jalan Budi Utomo, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat ini dikenal dengan Sekolah SMA 1 Budi Utomo (Boedoet). Saat ini sekolah tersebut telah berubah nama menjadi SMAN 1 Jakarta.

Memasuki sekolah ini, nuansa Belanda amat terasa mulai dari gerbang sekolah, lobi sekolah hingga bagian kelas. Daun jendela yang khas dan pintu-pintu, serta tiang yang masih asli terawat dengan rapih.

Berdasarkan penelusuran, Gedung SMAN 1 ini sebelumnya merupakan Sekolah Prins Hendrik School (PHS) yang didirikan sekitar tahun 1900, di Batavia. Sebelum akhirnya dihentikan saat masa agresi militer Belanda 2 di Indonesia. Sejumlah tokoh nasionalis Indonesia pernah bersekolah di sini, salah satunya Muhammad Hatta.

Bangunan SMAN 1 Jakarta ini telah ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui SK Gubernur Nomor 475 Tahun 1993.

Komitmen Siswa Lestarikan Cagar Budaya

Rinjani Kelas XI, bersama teman-teman siswa lainnya mengaku sejak awal ditekankan untuk menjaga bangunan sekolah yang sudah menjadi cagar budaya ini.

Menurutnya, segala bentuk pengerusakan dilarang di sekolah ini. Para siswa pun berkomitmen menjaga seluruh bangunan dengan tidak merusak dinding dan fasilitas lain yang ada di sekolah.

“Para siswa yang diterima di sekolah ini sudah diberi imbauan dari awal untuk terus menjaga bangunan ini. Jadi tidak pernah ada perusakan bangunan,” terangnya.

Bagi siswa Kelas XI, bersekolah di SMAN 1 ini memiliki kesenangan dan kebanggaan tersendiri merasakan suasana belajar di bangunan tua peninggalan dan budaya Belanda.

Rinjani menambahkan, nuansa pendidikan sejak awal sudah terbangun di sekolah ini sehingga mendukung proses pembelajaran siswa.

“Bangunan yang tua, budaya Belanda ya bisa dibilang memiliki keindahan tersendiri mendukung lingkungan belajar yang lebih nyaman, lebih sehat, lebih bahagia juga buat belajar,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Sekolah SMAN 1 Fauro menegaskan, untuk bersekolah di sini tidak bisa semena-mena karena bangunan ini merupakan cagar budaya yang harus dilindungi dan diselamatkan seperti aslinya.

Ia pun selalu mengingatkan siswa setiap harinya untuk menjaga sekolah. Segala bentuk vandalisme, pelanggaran ketertiban tidak diperbolehkan di sekolah cagar budaya ini.

“Kita selalu melakukan pendekatan kepada seluruh peserta didik untuk mematuhi peraturan yang ada. Saya pun sebagai Kepala Sekolah SMAN 1 punya trik tersendiri untuk mengarahkan anak-anak kita agar merawat, dan memelihara sekolah yang menjadi cagar budaya DKI Jakarta,” ungkapnya.  

Pohon Sengon Ikon SMAN 1

Sebagai sekolah cagar budaya, SMAN 1 menyimpan banyak misteri dan saksi sejarah tak terkecuali sebuah pohon sengon yang tumbuh di halaman SMAN 1 yang usianya telah mencapai ratusan tahun.

Kepala Sekolah SMAN 1 Fauro mengatakan, keberadaan pohon sengon ini menjadi salah satu ikon di SMAN 1 sejak lama. Para siswa menjadikan pohon tersebut sebagai tempat duduk juga berfoto.

Pohon tersebut menurutnya, sudah berumur ratusan tahun. Seluruh siswa maupun alumni sangat merindukan keberadaan pohon sengon ini. Namun sayang, pohon sengon tersebut roboh pada awal 2022 akibat usia dan faktor alam.

“Pada tahun 2022 awal pohon tersebut roboh dan sekarang tinggal tunggulnya setinggi 4 meter,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, saat itu kondisi sekolah dalam keadaan banjir, sehingga pohon tersebut tidak bisa menahan beban, hingga akhirnya roboh dan menyisakan tunggulnya saja.

“Semua alumni merasa kecewa sekali dengan hilangnya ikon tersebut. Tapi apa daya, itu alam, bukan kita yang merusaknya,” tandasnya.