Pariwisata merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian desa sehingga perlu diberi perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik. Untuk itu, guna mendorong sektor pariwisata, diperlukan berbagai upaya dalam pengembangannya. Salah satunya ialah dengan gerakan sadar wisata.
Gerakan sadar wisata merupakan konsep yang melibatkan partisipasi berbagai pihak dalam mendorong iklim yang kondusif bagi perkembangan pariwisata. Diwujudkan melalui adanya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang menjadi aktor penggerak kepariwisataan desa atau kelurahan atau kampung.
Keberadaan Pokdarwis sebagai suatu institusi lokal terdiri atas para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab untuk menjamin pelaksanaan desa wisata. Menjadi kelompok yang bergerak secara swadaya, Pokdarwis melakukan pengembangan kepariwisataan berdasarkan potensi lokal dan kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing desa atau kelurahan.
Di berbagai desa Pokdarwis terbukti berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kualitas program atraksi desa dan memunculkan sense of belonging masyarakat lokal terhadap kemajuan pariwisata di desanya.
Oleh karena itu, dalam rangka memajukan dan mengembangkan sektor pariwisata di tingkat desa atau kelurahan, Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Administrasi Jakarta Pusat yang menjadi penggerak Pokdarwis mencoba melakukan sebuah terobosan dengan mengadopsi langkah-langkah unggulan di desa yang sudah berkembang sektor kepariwisataannya.
Untuk mengakomodir hal tersebut, pada tanggal 15 - 17 September 2022, Pokdarwis Kota Administrasi Jakarta Pusat mengambil inisiatif untuk melakukan kegiatan studi banding ke sejumlah desa wisata di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Sebagai sebuah langkah melihat potensi yang ada, sekaligus dapat dijadikan tolak ukur yang kemudian dapat dikembangkan sebagai produk pariwisata berkualitas, di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Seperti diungkapkan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setko Administrasi Jakarta Pusat Bakwan Ferizan Ginting yang turut mendampingi Pokdarwis tur ke Jateng dan DIY mengatakan, kegiatan ini akan menjadi suatu inspirasi dalam menumbuhkembangkan wisata urban di Jakarta Pusat.
"Kenapa ke Jogja, karena Jogja ini sebagai salah satu kota yang percepatan pertumbuhan wisata urban-nya itu sangat cepat, kemudian dibarengi juga dengan industri kreatif. Nah tadi kita melihat bagaimana penataan kawasan di sini dijadikan sebagai sentra Industri Kecil Menengah (IKM) yang didasari dari keinginan bersama dengan niat yang kuat. Membangunnya harus memerlukan suatu komitmen yang kuat, inilah yang akan kita pelajari kesini," terangnya didampingi Kabag Perekonomian Setko Administrasi Jakarta Pusat Yasin Pasaribu saat sesi sharing bersama jajaran Pemkot Yogyakarta yang dihadiri oleh Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko, Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti, dan Kepala Dinas (Kadis) Perindustrian Koperasi dan UMKM Kota Yogyakarta Tri Karyadi di Hotel Royal Darmo, Jalan Kemetiran Kidul No.54, Pringgokusuman, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (16/9).
Ginting melanjutkan, tindakan nyata yang dapat dilakukan adalah menekankan kolaborasi dengan setiap stakeholder, yang didukung dengan penguatan dan semangat yang sama untuk membangkitkan ekonomi kreatif di dalam menumbuhkan perekonomian masyarakat.
Sementara itu, Kasudin Parekraf Kota Administrasi Jakarta Pusat Shinta Nindyawati menginginkan kegiatan studi komparasi ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi sebagai dasar melakukan inovasi destinasi wisata, baik itu dukungan terhadap unsur-unsur destinasi seperti produk wisata atau pun produk UMKM, maupun produk industri pariwisata lainnya.
"Jadi oleh karenanya sebagai unsur pendukung kegiatan pariwisata dari tujuh sapta pesona pariwisata di mana ada satu unsur di dalamnya adalah kenangan, di mana kita memberikan rasa kenangan yang indah bagi wisatawan yang berkunjung di Jakarta. Oleh karenanya kita belajar dari Yogjakarta dengan keramahtamahan penduduknya dan juga bagaimana mereka melayani dengan ketulusan hati, dan juga pelayanan wisatawan dengan baik. Inilah yang kita amati, tiru ,dan modifikasi, sesuai dengan karakteristik kota Jakarta Pusat," paparnya.
Shinta juga berharap kegiatan yang juga merupakan sebuah transfer knowledge ini sebagai wujud dari kesadaran Pokdarwis dalam mengembangkan pariwisata yang dapat dimulai dari hal hal terkecil.
"Misalnya keamanan, dari kenyamanan, Dari lingkungan yang ada di sekitarnya dulu. Jadi bagaimana mereka bisa menerima adanya kegiatan pariwisata di wilayahnya, sehingga bisa berkolaborasi, bisa bersinergi, itu kuncinya. Bahwa sadar wisata bisa diterima oleh seluruh masyarakat tentunya dengan norma dan aturan yang berlaku," kata Shinta.
Setelah rangkaian studi komparasi dilakukan, Shinta menekankan Pokdarwis agar segera melakukan implementasi dari ilmu yang sudah didapat, dan kemudian akan dilakukan review dalam jangka waktu 1-2 bulan.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko selaku pembina utama sektor kepariwisataan di Kota Yogyakarta mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang telah memilih Yogyakarta sebagai destinasi studi komparasi dalam pengelolaan kelompok sadar wisata.
"Yogyakarta mungkin memiliki sedikit kesamaan dengan Jakarta Pusat, di mana kita tidak memiliki destinasi alam, tapi justru karena tidak memiliki destinasi alam ini kita mengandalkan budaya. Maka budaya tersebut menjadi absolut kompetitif yang tidak dimiliki wilayah lain," ungkapnya.
Wahyu berharap, studi komparasi yang dilakukan Pokdarwis Jakarta Pusat terkait pengelolaan bisa diadaptasikan di Pemkot Administrasi Jakarta Pusat, dan pihaknya sangat optimis teman-teman di Jakarta Pusat memiliki mekanisme yang jauh lebih bagus.
"Kami berharap kunjungan ini bukan hanya kunjungan pertama tapi akan diteruskan dengan kunjungan berikutnya, sehingga terjalin hubungan yang erat antara Kota Jakarta Pusat dengan Kota Yogyakarta," ungkap pria yang pada tahun 2021 berhasil membawa salah satu desa di Kota Yogyakarta masuk 50 besar Anugrah Desa Wisata, yang diselenggarakan oleh Kementerian Parekraf menyisihkan 2.300 peserta dari seluruh Indonesia.
Salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Sudin Pora Kota Administrasi Jakarta Pusat Winda yang mengikuti kegiatan studi komparasi ini mengaku, mendapatkan sebuah pemahaman baru mengenai pentingnya melibatkan masyarakat sekitar demi terciptanya sebuah desa wisata.
"Tidak hanya untuk keuntungan sendiri tapi bisa juga untuk masyarakat dengan menumbuhkan perekonomian di sekitarnya," katanya.
Begitu juga dengan None Jakpus 2022, Belle. Ia berpendapat bahwa untuk mengembangkan wisata di Jakarta Pusat harus menunjukkan ciri khasnya sendiri.
"Kita harus punya hospitality yang khas, kayak di jawa mereka santun dan juga tetap menggunakan Bahasa Jawa yang ramah, seperti di rumah," imbuhnya.
Kegiatan Pokdarwis ini diikuti oleh 120 peserta yang terdiri dari perwakilan UKPD Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat, perwakilan Abang None Jakarta Pusat, unsur masyarakat, dan pelaku pariwisata di wilayah Jakarta Pusat.
Lokasi yang dijadikan objek komparasi antara lain objek wisata Eling Bening (Bawen, Jawa Tengah), Suwatu (DIY), Museum Ulen Sentalu (DIY), Desa Wisata Borobudur (Magelang, Jawa Tengah), Omah Kecebong (DIY). Objek wisata yang dipilih merupakan objek yang mengenalkan pariwisata berbasis budaya (Cultural Tourism).