Memoar Perupa Eksistensi PKJ TIM

Reporter: Maulana | Editor: Andreas Pamakayo

Pameran Memoar Perupa TIM di Galeri Emeria Soenassa. Foto: Malik Maulana

Dalam rangka meramaikan wajah baru Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) menggelar pameran besar seni rupa bertajuk ‘Memoar Perupa’.

Bertempat di Galeri Emeria Soenassa, Pameran Memoar Perupa TIM yang berlangsung dari 16 September-12 Oktober 2022 memamerkan koleksi dari berbagai instansi, baik pemerintah, swasta dan individu yaitu DKJ, GNI, Museum Seni Rupa dan Keramik Provinsi DKI, FSRD IKJ, Nasirun Studio, Galeri keramik F Widayanto, dan Art Sociaetes-Lawangwangi.

Lewat karya seni rupa yang diciptakan sejak era 1950-an, pameran Memoar Perupa TIM merupakan refleksi kebudayaan tentang eksistensi PKJ TIM dan mengingatkan kembali ‘kenangan sejarah’ sosok serta tokoh pertama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Akademi Jakarta (AJ), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LKPJ) yang sekarang bernama Institute Kesenian Jakarta (IKJ). 

Sejak awal masuk, pengunjung disuguhkan Karya tokoh-tokoh yang  memiliki kesejarahan yang sangat penting bagi PKJ TIM.

"Memoar adalah bentuk sastra non-imajinatif yang berupa kenangan pada satu masa, tentang kehidupan seseorang, sosok, atau tokoh yang memiliki nilai-nilai. Dalam konteks pameran ini, memoar berkaitan dengan kenangan sejarah," ucap Kurator Citra Smara Dewi.

Pameran ini menjadi sangat penting karena menghadirkan 33 sosok dan tokoh PKJ TIM, sejak era 1950-an hingga kekinian. Bahkan sejumlah karya baru pertama kali dipamerkan ke publik.

Contoh karya yang terdapat di pameran ini seperti lukisan Upacara Bali dengan ukuran 59x48 cm karya Trisno Sumardjo yang merupakan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pertama pada 1968 dengan medium cat minyak pada kanvas, dan merupakan koleksi Galeri Nasional Indonesia.

Selain itu, terdapat juga karya berjudul Pemandangan Sungai Landis yang dibuat pada 1967 dengan medium cat air pada kertas yang belum pernah dipamerkan ke masyarakat.

"Lukisan ini karya Oesman Effendi, merupakan lukisan yang belum pernah dipamerkan ke masyarakat sejak sang seniman menghibahkannya ke Museum Pusat (Museum Nasional) pada 1968. Oesman merupakan anggota DKJ 1968 dan juga merupakan pendiri Akademi Seni Rupa LPKJ-IKJ pada 1970," kata Citra.

Para penikmat seni juga dapat menikmati karya seni rupa kontemporer melalui karya keramik dari Hildawati Soemantri, seni instalasi dari Sri Astari Rasjid, dan seni patung karya seniman Dolorosa Sinaga. "Pameran memoar merupakan refleksi kebudayaan, bagaimana eksistensi PKJ TIM, mampu mengambil peran dalam revolusi peradaban yang melesat pesat, melebihi busur anak panah perubahan itu sendiri,"ucapnya.

Kemudian, lanjut Citra, pameran ini juga sekaligus sebagai bentuk kontemplasi dalam menyongsong wajah baru PKJ TIM. Dengan melihat dan memahami karya seni pada masa lalu, pengamat seni dapat menilai kualitas seni rupa pada masa kini. “Tidak hanya itu, para penikmat seni juga dapat mengetahui bagaimana pemikiran dan nilai yang ditanamkan oleh para tokoh yang tercermin dalam karya yang tersaji,” pungkasnya.