Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMPN 273 Gelar Kearifan Lokal Budaya Betawi
Reporter: Maulana | Editor: Andreas Pamakayo
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 273 Kelurahan Kampung Bali menggelar penampilan hasil karya proyek penguatan profil Pelajar Pancasila bertajuk kearifan lokal.
Dalam kegiatan ini para siswa-siswi menampilkan kearifan lokal budaya betawi mulai dari baju adat, prosesi pernikahan adat Betawi, palang pintu, tari-tarian, hingga makanan, dan minuman khas Betawi.
Lurah Kampung Bali Ety Kusmiati yang menghadiri kegiatan ini mengaku senang dan sangat mengapresiasi. Menurutnya, kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan para siswa tentang budaya asli Jakarta yaitu budaya Betawi serta mencegah tawuran.
"Tujuannya agar anak muda tidak melupakan budayanya sendiri dan juga untuk antisipasi tawuran, karena diusia SMP mudah sekali dibawa dengan hal yang tidak baik, tetapi dengan binaan kepala sekolah dan komite sekolahnya. Kita bersama-sama, walaupun dadakan, saya selaku Lurah Kampung Bali mendukung penuh kegiatan kearifan lokal ini," katanya, di SMPN, Jalan Kampung Bali XXIV, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (14/10).
Ety pun berharap kegiatan ini dapat ditularkan ke sekolah-sekolah lain yang ada di Kelurahan Kampung Bali.
"Harapannya ke depan kegiatan yang bernilai positif ini terus berlangsung, saya sudah menyampaikan juga kepada kepala sekolah, pembina, dan pendidiknya. Nanti akan diadakan lagi di bulan Desember," harapnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 273 Tri Lestari menjelaskan, ini merupakan proyek penguatan profil pelatihan Pelajar Pancasila yang pertama sejak sekolahnya menerapkan kurikulum 2013.
"Kami mengambil IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) Mandiri Berubah. Alhamdulillah ini proyek kami yang pertama mengambil tema kearifan lokal, karena kebetulan kami ada di Tanah Abang kita mengambil budaya Betawi, dari mulai tradisi sampai makanan khas Betawi," jelasnya.
Tri menuturkan, dalam IKM Mandiri Berubah setiap tahun ada tiga tema yang diangkat yaitu kearifan lokal, kebhinekaan, dan demokrasi.
"Nanti yang tema kedua kebhinekaan, jadi mungkin kami meluas ke seluruh Indonesia bulan Desember. Untuk tema ketiga nanti di awal Juli 2023," tuturnya.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan ini membuat karakter anak menjadi mandiri, bergotong-royong, dan musyawarah. Jika ada perbedaan pendapat bisa menyelesaikannya, sehingga ketika terjun di masyarakat mereka sudah punya itu semua," pungkasnya.