Sumiati Sulap Sampah Jadi Kerajinan Tangan yang Cantik
Reporter: Maulana | Editor: Andreas Pamakayo
Kertas bekas bagi sebagian orang tak ubahnya seperti limbah yang tidak bernilai. Tidak jarang kertas-kertas bekas dibakar atau dibiarkan menumpuk di rumah dan kantor.
Namun, berbeda ceritanya kalau kertas bekas ada di tangan Sumiati Henggar Purwanto atau akrab disapa Sumi (47).
Alih-alih membakar atau menjualnya, ibu dua anak ini secara konsisten mengolah kertas bekas menjadi beragam kerajinan dan karya seni bernilai jual.
Bersama rekan-rekannya sesama pengelola Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ia berkreasi menyulap kertas bekas menjadi kerajinan tangan yang beragam seperti, kotak tisu, tas jinjing hingga keranjang cantik.
Ide membuat aneka kerajinan tangan ini berawal dari rasa kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Ia melihat banyak sampah plastik, kain perca hingga kertas bekas yang dibuang sembarangan. Lalu, terbersit dalam pikirannya untuk mengumpulkan barang-barang tersebut dan memanfaatkannya.
"Awalnya sih dari sedotan ternyata gagal, akhirnya beralih ke sampah kertas, karena banyak sampah kertas di kantor, kalau dijual itu hanya menghasilkan uang yang tidak seberapa. Akhirnya gimana kalo kita manfaatkan jadi barang berharga, lalu dicoba mengelola kertas yang ada di kantor," ucap.
Kemampuannya menganyam, wanita kelahiran Jakarta ini, diperoleh secara otodidak setelah membaca buku dan melihat di sosial media.
"Aku enggak ada guru, cuma suka ngelihat di jalan-jalan dan mal kerajinan tangan dari rotan. Nah dari situ aku terpikir gimana kalo misalnya ini terbuat dari selain rotan," ungkapnya.
Tak terhenti di kertas bekas saja, ia bersama rekan-rekannya terus berinovasi dengan memanfaatkan barang-barang bekas lainya untuk dijadikan barang bermanfaat.
"Selain kertas dibuat jadi keranjang, botol-botol bekas dibuat jadi ondel-ondel, karpet dibuat jadi kerajinan rumah-rumahan, gelas-gelas kemasan kita buat jadi tempat tisu atau tempat taruh air minum, dan lainnya yang bisa bermanfaat, harganya bervariasi mulai dari 5 ribu hingga 250 ribu," katanya.
Dalam memperoleh bahan baku kerajinannya, Sumi tak kesulitan untuk mendapatkannya, karena diperoleh dari lingkungan sekitar.
"Kalau kertas-kertas itu saya dapatin dari kantor RPTRA, kelurahan dan kader-kader dari Sekretariat PKK, berkas-berkas yang sudah tidak terpakai itu dikasih ke saya untuk diolah, sampah-sampah plastiknya juga sama tapi sebelum diolah kita cuci dulu hingga bersih," ujarnya.
Bukan tanpa kendala, saat baru memulai menggeluti kerajinan ini di tahun 2019, Sumi mengaku memiliki banyak kesulitan mulai dari cuaca yang tak mendukung hingga pemilihan bahan-bahan yang salah, membuat dirinya harus mengeluarkan kocek yang cukup besar.
"Dukanya di awal-awal ketika sudah membuat dan dijemur ternyata hujan akhirnya gak jadi, terus untuk pewarnaan salah warna, beli ini salah, beli itu salah, ngulang lagi, setelah lihat dari youtube dan ada masukkan-masukkan dari teman akhirnya saya terapkan, Alhamdulillah ketemu jalannya," kata Sumi.
Seperti kata pepatah klasik, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha, kerja keras yang terbayar menjadi bukti bahwa segala usaha, perjuangan, dan pengorbanan yang Sumi lakukan bersama rekan-rekannya membuahkan hasil yang manis.
Dukungan langsung dari Lurah Kebon Sirih Samsul Maarif dan tim PKK Kelurahan Kebon Sirih pun turut membantu Sumi menjual hasil karyanya, di setiap ada event bazar tingkat kota atau provinsi karyanya selalu terpajang dan diminati pengunjung.
Kini karyanya telah dikenal banyak orang bahkan Ketua TP PKK Provinsi DKI Jakarta Fery Farhati yang juga merupakan istri Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan telah mengakui keunikan dan kecantikan karyanya.