23 Seniman Meriahkan Pergelaran Seni Budaya Pada HUT TIM ke-55
Reporter: Zaki Ahmad Thohir | Editor: Andreas Pamakayo
Sejak berdiri pada tahun 1973, keberadaan Taman Ismail Marzuki atau TIM yang berlokasi dibilangan Cikini, Jakarta Pusat ini ingin merangkul dan menjahit segala aktivitas seni budaya.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana dalam laporannya mengatakan, keberadaan TIM merupakan bagian penting dalam kegiatan ekspresi seni dan juga berbudaya bukan hanya untuk Jakarta namun, Indonesia bahkan internasional.
“Kemudian juga Dewan Kesenian Jakarta memiliki niat baik kedepannya untuk selalu berkolaborasi bersama seniman-seniman tradisional, dan kita bersatu padu untuk mengangkat TIM sebagai tempat eksplorasi seni dan budaya yang akan dikenal di seluruh Indonesia bahkan internasional,” ucapnya.
Pada tahun ini, TIM telah memasuki usia 55 tahun. Usia yang sudah tidak terbilang muda. Untuk itu, tambah Iwan, banyak pertunjukan seni budaya yang disajikan dari anak-anak inklusif yang memiliki talenta luar biasa dalam hal menari yang telah berlangsung dari tanggal 8 kemarin hingga 12 November mendatang.
“Untuk rentetan kegiatan dalam rangka HUT TIM ke-55 ini sudah berlangsung dari tanggal 8 kemarin hingga 12 November mendatang,” imbuhnya.
Sementara itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta Widiastuti menuturkan, kedepannya Jakarta akan bertransformasi menjadi kota jasa berwawasan global, tentu jasa di sini yaitu dalam hal berkesenian.
Widiastuti mengungkapkan, dalam rangka HUT ke-55 TIM yang mengangkat tema ‘Ruang Bersama Dalam Cipta dan Karya’ ini menjadikan TIM sebagai ekosistem seni yang terbuka dan merangkul semua kalangan untuk menampilkan karya-karya terbaiknya.
“Tadi juga saya sudah melihat pameran seni rupa para putra-putri inklusif sebanyak 23 seniman yang bertema Superhuman (Atas Rasa Tjinta) adalah salah satu bentuk rangkaian acara yang menurut saya sangat inspiratif dan tentu salah satu ciri tadi kota global kedepannya bagaimana kita membuka ruang untuk semua kalangan,” jelasnya.
Menyoal marak angka kejiwaan mental pada usia remaja, Widiastuti berharap dengan berkesenian dapat menurunkan angka-angka gangguan masalah kejiwaan. “Karena dengan adanya ruang berkesenian ini dapat mengalihkan dari hal negatif menjadi positif,” tutupnya.