RW 04 Kelurahan Mangga Dua Selatan Verifikasi dan Validasi Data Tengkes dan Kemiskinan Ekstrem
Reporter: Zaki Ahmad Thohir | Editor: Iman
Camat Sawah Besar Prasetyo Kurniawan didampingi Lurah Mangga Dua Selatan Agata Bayu meninjau pelaksanaan verifikasi serta validasi data warga terkait tengkes dan kemiskinan ekstrem di pos RW 04, Jalan Mangga Besar XIII, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (3/2).
Melalui aplikasi ‘Telisik’ dari Carik Jakarta, para kader dasawisma turun ke rumah warga untuk mengecek kembali keadaan balita yang terindikasi tengkes (stunting) maupun kategori kemiskinan ekstrem.
Prasetyo menuturkan, data sementara di RW 04 Mangga Dua Selatan ini terdapat 57 balita tengkes dan 72 keluarga yang masuk kategori kemiskinan ekstrem. “Mulai dari kemarin dan dilanjutkan hari ini, para kader turun ke rumah warga untuk mengecek kembali data yang sudah ada. Ternyata sudah ada perubahan, ada yang sudah normal, dari tinggi maupun berat badan, berkat intervensi kesehatan dan penambahan pemberian PMT, beberapa anak sudah dikategorikan tidak beresiko tengkes,” tuturnya.
Begitu pula dengan kemiskinan ekstrem, ada warga yang telah meningkat penghasilannya, ataupun keadaan rumahnya. “Hari ini kita menunggu hasil dari tengkes dan kemiskinan ekstrem, nantinya setelah ada hasil yang valid, sehingga intervensi penanganannya lebih tepat sasaran,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, Lusi Widiastuti menambahkan untuk hari ini dilakukan pemeriksaan antropometri untuk balita yang sudah masuk dalam daftar tengkes ataupun balita lain yang sebelumnya belum mendapatkan pemeriksaan.
“Jadi yang berkeliling rumah itu dari kader dasawisma, sedangkan kami menunggu di pos RW ini, karena memang pemeriksaan antropometri ini agak sensitif, harus dilakukan ditempat yang datar dan agak sulit kalo harus berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya,” katanya.
Lebih lanjut Lusi menerangkan, jikalau berbicara tengkes itu sedari proses hamil sudah harus mendapatkan gizi yang baik untuk si calon bayi, sehingga dapat berdampak pada tahap selanjutnya.
“Kita sama-sama berharap, semua lintas sektor dapat peduli dengan asupan gizi anak, karena persoalan ini tidak bisa menjadi tanggung jawab dari bidang kesehatan sendiri. Bidang kesehatan hanya menempati 30% dalam penyelesaian, selebihnya pihak lain yang terlibat. Pasti butuh kolaborasi segala lini untuk menyelesaikan persoalan ini,” tutupnya.