Asekbang menghadiri Asa Gerakan Belarasa di Musem Nasional Indonesia. Foto: R Maulana Yusuf
Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Asekbang) Sekko Administrasi Jakarta Pusat Bakwan Ferizan Ginting menghadiri "Asa Gerakan Belarasa" di Musem Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat, Kecamatan Gambir, Sabtu (3/5).
Kegiatan yang diprakarsai Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) menjadi perwujudan ajaran kemanusiaan yang menekankan pentingnya iman, persaudaraan, dan bela rasa sebagai inti hidup beragama.
Gerakan Belarasa tidak hanya ditujukan bagi umat Katolik, tetapi juga mengundang seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta membangun Indonesia yang lebih peduli terhadap sesama, terutama mereka yang terpinggirkan.
Bakwan Ferizan Ginting mengatakan, kegiatan ini kembali mengingatkan kepada semuanya melalui tokoh-tokoh agama untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
"Tokoh-tokoh agama terus memperkuat komitmen bersama untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama dan kaum yang termarjinalkan. Pertemuan tadi menjadi momentum kita merefleksikan kembali bagaimana nilai-nilai kemanusiaan yang terus kita kembangkan untuk berbuat aksi nyata kepada kaum termajinalkan," ucapnya, didampingi Kepala Bagian Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PLH) Kota Administrasi Jakarta Pusat Martua Sitorus.
Menurutnya, pemerintah juga terus memantau dan membantu masyarakat yang kondisinya kurang baik secara ekonomi.
"Aparat pemerintah juga terus memantau dan membantu melalui kelurahan, RT-RW, masyarakat yang kondisinya kurang baik secara ekonomi, kita lakukan aksi nyata kepada mereka," katanya.
Sementara itu, Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo menegaskan, gerakan ini merupakan kelanjutan dari nilai-nilai yang sejak 2014 digaungkan oleh keuskupan, yakni hidup yang semakin beriman, semakin bersaudara, dan semakin berbela rasa.
Ignatius menegaskan bahwa gerakan ini adalah wujud iman yang diaktualisasikan dalam aksi nyata. "Solidaritas adalah kunci mengatasi ketimpangan. Kita harus bergerak bersama, karena tidak ada perubahan tanpa kolaborasi," ujar Kardinal Suharyo.
Ia juga menyoroti komitmen LDD KAJ sejak 2014 dalam mengadvokasi isu-isu kemanusiaan seperti, penghapusan perdagangan manusia dan pendampingan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
Di tengah berbagai krisis-ekonomi, ekologis, hingga spiritual-belarasa menjadi narasi pemersatu yang mampu menyembuhkan luka sosial. Gerakan ini mengajak semua pihak, tanpa memandang latar belakang, untuk terlibat dalam aksi nyata.
"Setiap tindakan kasih, sekecil apa pun, punya kekuatan mengubah dunia," tuturnya.
Museum Nasional menjadi ruang perjumpaan berbagai komunitas akar rumput, pelaku seni, tokoh agama, hingga sektor swasta, dalam semangat kolaborasi dan kasih. Rangkaian acara dimulai pukul 10.00 WIB dengan doa bersama lintas agama yang dipimpin oleh Kardinal Suharyo bersama lima tokoh agama lainnya.
Setelah itu, pengunjung dapat menyusuri Galeri dan Bazar Belarasa yang menampilkan berbagai karya pemberdayaan masyarakat hasil pendampingan LDD KAJ selama lebih dari enam dekade.