5 Tradisi Idul Fitri di Jakarta yang Dirindukan

Reporter: Kominfotik JP  |  Editor: Kominfotik JP

Ilustrasi. Foto: As

Gema takbir bersahutan. Idul Fitri tetap menjadi hari raya yang ditunggu-tunggu. Perayaan yang juga biasa disebut lebaran ini memiliki beberapa tradisi yang biasa dilakukan umat muslim di Indonesia.

Ada beberapa tradisi khas lebaran di Jakarta, yang pada perayaan di tahun 2020 ini tidak bisa dilakukan lantaran masih dalam suasana pandemi Covid-19. Apa saja kelima tradisi unik tersebut:

1. Penukaran Uang

Tradisi memberi uang khususnya kepada anak-anak kecil berlaku lumrah hampir di semua wilayah di Indonesia, tidak terkecuali di Jakarta. Jasa penukaran uang, baik yang resmi seperti di Parkiran IRTI Monas sampai yang tidak resmi dilakukan calo-calo di pinggir jalan banyak kita jumpai. Pecahan nominal kecil seperti Rp 2.000, Rp 5.000 dan Rp 10.000 adalah yang paling banyak diburu. Para calo penukaran uang biasanya menukarkan uang dengan selisih harga lebih tinggi antara 5-10%.

Sekarang karena ada penerapan PSBB, Sohib Jakpus yang tetap mau berbagi ke adik, keponakan dan saudara yang lain mungkin bisa memanfaatkan teknologi uang elektronik atau dompet digital.

2. Mudik Bersama

Tidak bisa dipungkiri Jakarta adalah kota dengan penduduk yang banyak berasal dari luar daerah Mudik bersama pun menjadi tren setidaknya dalam satu dekade ke belakang. Banyak sekali instansi maupun perusahaan yang mensponsori pelaksanaan mudik bersama. Selain disediakan angkutan gratis, biasanya pemudik juga mendapat berbagai bingkisan bahkan uang tunai.

Lebaran menjadi momen yang ditunggu-tunggu bagi para perantau untuk pulang ke kampung halaman. Memanfaatkan waktu liburan dan melepas rindu kepada keluarga. Tahun ini para perantau dianjurkan tidak mudik secara fisik, melainkan secara virtual memanfaatkan teknologi komunikasi.

3. Midnight Sale

Tradisi lain adalah terkait baju lebaran. Tidak heran kalau pasar dan pusat perbelanjaan modern cenderung lebih ramai di penghujung ramadhan. Meningkatnya potensi pembeli dimanfaatkan sejumlah mal untuk menggelar midnight sale

Midnight sale biasanya digelar di akhir pekan, antara pukul 20.00 sampai 00.00 atau bahkan sampai dini hari. Setiap toko menawarkan diskon besar untuk memancing pembeli membelanjakan uangnya di gerai mereka.

Sekarang situasinya sangat berlawanan. Mal sepi, bahkan ditutup kecuali toko ritel yang menjual bahan kebutuhan pokok, apotik dan restoran yang hanya menerima pesanan layan antar.

4. Takbir Keliling

Malam takbiran atau malam menjelang 1 Syawal selalu ramai. Jalan-jalan protokol ibu kota biasanya macet. Anak-anak muda dan remaja tanggung pawai kendaraan dengan membawa beduk atau sekadar melantunkan kalimat takbir. Dalam beberapa hal, takbir keliling terkadang membawa dampak kurang baik seperti kemacetan atau bahkan keributan.

Pada lebaran kali ini, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Administrasi Jakarta Pusat sudah mengingatkan untuk tidak menggelar takbir keliling. Patroli juga dilakukan Sabtu (23/5) kemarin. Walau tidak ada takbir keliling, masjid bisa tetap mengumandangkan kalimat-kalimat suci.

5. Halal Bi Halal

Acara halal bi halal menjadi tradisi yang tak terpisahkan saat lebaran. Silaturahmi dengan keluarga dan tetangga dekat menjadi kegiatan pertama yang dilakukan selepas Sholat Ied. Sampai hari-hari berikutnya halal bi halal masih berlanjut. Termasuk saat kembali masuk kerja atau sekolah, biasanya diawali dengan halal bi halal.

Salah satu halal bi halal yang khas Jakarta adalah open house di rumah pejabat-pejabat, termasuk di Istana Negara dan Balai Kota atau Rumah Dinas Gubernur dan Wali Kota. Di lebaran tahun ini, silaturahmi kita lakukan melalui telepon atau media lain.

Demikian lima tradisi lebaran yang khas di Jakarta. Meski tanpa tradisi-tradisi tersebut, nilai kesakralan dari Idul Fitri sendiri tidak akan berkurang. Selamat berlebaran ya Sohib Jakpus. Mohon maaf lahir dan batin. (Kominfotik JP/SAF)