Baru-baru ini Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Administrasi Jakarta Pusat (Jakpus) memperkenalkan Rosella sebagai tanaman khas kota. Sebelum menjadi tanaman ikon, keberadaan Rosella memiliki sejarah yang cukup panjang.
Rosella, pada awalnya dibawa ke Jakpus, tepatnya ke wilayah Kelurahan Kebon Kosong oleh Ketua Kelompok Tani Mawar Kebon Kosong Esti Sumarwati. Waktu itu, tahun 2005 Esti mendapat beberapa benih tanaman Rosella dari adiknya di Sidoarjo Jawa Timur. Adiknya menyuruh Esti untuk menanamnya di pekarangan.
Penasaran dengan benih yang didapatnya dari sang adik, Esti menanamnya di pekarangan. Ia juga membagi benih tersebut kepada empat tetangganya untuk ditanam. Dari lima biji benih yang didapatkannya, dan dibagi ke tetangga, tiga benih berhasil tumbuh.
"Saya juga belum tau awalnya, tanaman Rosella itu seperti apa bentuknya. Makanya saya tanam dan saya bagikan ke tetangga untuk ditanam juga, " ungkapnya.
Seiring berjalan waktu, ternyata ia melihat benih Rosella pada pameran flona, ia kemudian membeli lebih banyak benih Rosella untuk ditanam pada kebun-kebun kosong terbuka yang ada di wilayah.
"Ternyata benih tersebut berhasil tumbuh, dan bisa panen. Waktu panen kita undang Pak Lurah untuk menyaksikan, waktu itu zaman Pak Lurah Sakri namanya," kenang Esti.
Dari awal 2005 hingga 2013 pengembangan Rosella di Kemayoran mengalami proses yang panjang karena harus berpindah lokasi pembibitan. Baru pada 2017 Rosella mulai ditanam di kebun eduwisata, hingga saat ini.
Melihat khasiat dan peluang usaha bisa didapatkan dari tanaman Rosella, Esti dan Poktan Mawar Kebon Kosong mengembangkan Rosella menjadi produk pangan. Berawal dari minuman rumahan untuk para tamu, ia kemudian mengembangkan minuman itu menjadi produk komersial hingga masuk ke dalam binaan Jakpreneur.
"Waktu awal saya menanam itu, saya tanya Rosella ini bisa dibuat apa. Ternyata bisa dibuat minuman direbus bersama gula. Akhirnya saya buat hanya untuk konsumsi pribadi, kalau ada tamu belum dikomersilkan," ungkapnya.
Menurutnya, baru tahun 2015 saat ia memperoleh kemasan, sertifikat halal dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), ia mengkomersilkan minuman Rosella dengan merek Kaini. Minuman Rosella, Kaini ini mulai dipasarkan pada bazar-bazar dan melalui pesanan.
"Untuk order online kita ikut di pemasaran Jakpreneur. Harganya 15 ribu, untuk reseller kita beri harga 11 ribu," jelasnya.
Ke depan, Esti bersama Poktan Mawar akan mengembangkan usaha Rosella ini dengan melakukan inovasi produk. Di mana nantinya ia berencana mengolah Rosella menjadi makanan tradisional wajik, teh celup, dan manisan.
"Saya melihat ada peluang ekonomi di sana, apalagi Rosella ini kaya manfaat. Dahulu orang hanya mengambil batang Rosella saja untuk karung goni. Sampai saya baca ada dosen Unair melakukan penelitian mengenai khasiat Rosella," ucapnya.
Sepengetahuannya, tanaman Rosella ini memiliki manfaat untuk melancarkan pencernaan, menurunkan hipertensi, kaya vitamin C, dan dapat meningkatkan mencerdaskan otak. Tak hanya itu, tanaman yang semula hanya dipekarangan kemudian berhasil dikembangkan dengan budi daya ini mampu meningkatkan perekonomian. Bahkan hanya dengan menjual bibit rosella R 5 ribu per-polybag, ia bisa meraup untung jutaan rupiah.
"Kita buat bibitnya, kita jual Rp5.000, ini laris dibeli. Sekali beli biasanya ratusan bibit, sehingga keuntungan bisa mencapai jutaan. Kalau untuk minumannya juga ada keuntungannya namun tidak banyak, tapi cukuplah buat nambah-nambah pendapatan," jelasnya.
Saat ini, ia dan Poktan Mawar tengah melakukan penyemaian kembali untuk Rosella. Agar 4 bulan ke depan tanaman ini bisa dipanen dan memproduksi minuman Kaini dan aneka pangan lainnya.
"Rosella itu masa tumbuhnya 8-1 tahun, dalam kurun waktu itu akan berbunga sampai empat kali. Setelahnya daunnya akan mengering dan mati. Sehingga harus disemai kembali," tuturnya.
Di tempat terpisah, Kasudin Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (KPKP) Kota Administrasi Jakarta Pusat Penty Yunesi menjelaskan, bagaimana Rosella menjadi ikon.
Menurutnya, keberadaan tanaman ikon wilayah ini merupakan program dari Dinas KPKP DKI Jakarta, di mana masing-masing wilayah menentukan tanaman ikonik yang sesuai dengan wilayah masing-masing. Sudin KPKP kemudian menentukan tanaman ikonik di setiap kecamatan seperti di Kecamatan Sawah Besar dengan Kembang Teleng, Kecamatan Senen dengan Lidah Buaya, serta Gambir dengan Buah Tin.
"Sementara untuk Kecamatan Kemayoran karena Rosella sudah ada cikal bakalnya di Poktan Mawar, ada sejarahnya. Makanya kita pilih Rosella sebagai ikon Kecamatan Kemayoran. Lalu kita jadikan ikon untuk wilayah kota Jakpus, sehingga tanaman ini juga dikembangkan di kecamatan lain," terangnya.
Penty mengatakan, sejak awal Poktan Mawar, Kemayoran ini sudah menanam tanaman Rosella yang masuk ke dalam golongan edible flower. Di mana, menurutnya, edible flower ini merupakan tanaman bunga yang tidak hanya indah bunganya, namun bunganya bisa dimanfaatkan dan berkhasiat.
"Rosella ini sudah dibudidaya, dimanfaatkan menjadi minuman, roti, puding, dan bomboloni. Kita bina menjadi Jakpreneur Sudin KPKP Jakpus, kota berikan sertifikasi halal," ungkapnya.
Ke depan, lanjut Penty, pihaknya akan memasarkan produk Jakpreneur Rosella ini melalui pariwisata. Seperti bekerja sama dengan hotel-hotel sebagai welcome drink.