Kenang Gus Dur di RPTRA Amir Hamzah

Reporter: Maulana | Editor: Andreas Pamakayo

Siswi sekolah dasar melihat Patung Gus Dur Kecil. Foto: Malik Maulana

Pada 7 September 1940 silam, merupakan hari kelahiran Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur yang lahir di Jombang, Jawa Timur.

Gus Dur merupakan sosok yang selalu dikenang karena jasa-jasanya yang besar sebagai pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) dan seorang ulama yang sangat dicintai oleh umat beragama lain.

Meski telah berpulang ke Rahmatullah, nama Gus Dur masih terus disebut-sebut oleh para pecintanya. Kata-kata Gus Dur juga terus dikutip dan diurai oleh banyak orang yang selalu terkenang akan kebaikannya maupun humornya.

Salah satu bukti kecintaan terhadap tokoh nasional tersebut di salah satu Taman di Jakarta Pusat ada Patung Gus Dur.

Sosok mantan Presiden keempat Republik Indonesia ini menghiasi taman bermain anak-anak di Taman Amir Hamzah, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat yang diberi nama Patung Gus Dur Kecil.

Di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang memiliki luas 3.988 meter persegi ini Gus Dur kecil digambarkan sedang membaca buku dan menghadap ke taman bermain.

"Gus Dur dulunya sering bermain di taman yang namanya dulu Taman Pelansun, sekarang namanya RPTRA Amir Hamzah karena tak jauh dari rumah kediaman kakeknya, KH Hasyim Asyari yang kini menjadi kantor Wahid Institute," ucap Rony salah satu pengelola RPTRA.

"Patung Gus Dur Kecil menyimbolkan jika Gus Dur tinggal dan besar di Pegangsaan. Ibu-ibu pun kerap menanyakan patung Gus Dur yang sedang membaca buku tersebut," imbuhnya.

Patung Gus Dur kecil yang sedang membaca buku ini terbuat dari perunggu dengan lapisan warna coklat keemasan ini memiliki berat total 400 kg dengan tinggi 1,20 m di atas penyangga berbahan batu candi dari Muntilan setinggi 80 cm tersebut dibuat oleh seniman Yani Mariani Sastranegara.

"Ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama pada 25 April 2015," ucapnya.

Di sisi kanan bawah patung Gus Dur kecil terdapat salah satu kata bijak beliau yaitu “Perdamaian tanpa keadilan  adalah ilusi”, salah satu quote dari Gus Dur yang nampaknya sederhana namun sejatinya amat dalam.

Sementara di sisi kiri bawah terdapat tulisan cerita perjalanan Gus Dur yang singkat. "Masa kecilnya dilewatkan di Menteng dan dipanggil dengan nama Rahman, ketika dewasa Abdurrahman Wahid menjadi Presiden keempat Republik Indonesia dan dikenal dengan nama "Gus Dur".

Salah satu istilah yang selalu diingat dari Gus Dur adalah " Gitu aja kok repot".

Selain sosok ulama besar, Gus Dur juga mendapat julukan sebagai bapak pluralitas Indonesia karena menjadi presiden untuk segala umat yang beragam di Tanah Air. Gus Dur pun telah menghasilkan banyak tulisan berupa artikel dan opini yang dimuat oleh sejumlah media Tanah Air maupun mancanegara.