Mengenal Habib Cikini
Reporter: Nelly Marlianti | Editor: Andreas Pamakayo
Di tengah bangunan tinggi, pusat Kota Jakarta terdapat sebuah makam ulama besar di masanya. Sosok dan kiprahnya sebagai pendakwah sekaligus pejuang masih terkenang oleh warga di sekitar Cikini, Jakarta Pusat.
Dialah Sayyid Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi, atau yang biasa dikenal sebagai Habib Cikini. Tim Kominfotik JP, berkesempatan mengunjungi dan berziarah langsung ke makam Habib Cikini.
Dari konsep bangunan makam, memang mirip seperti masjid karena disediakan tempat wudhu, salat, dan dilengkapi dengan perlengkapan salat.
Meskipun di dalamnya ada dua makam Habib Cikini dan makam istrinya. Di dinding depan terdapat lukisan bergaya realis mengenai potret Habib Cikini yang dicetak ulang ke dalam media spanduk. Serta sketsa wajah beberapa keturunan Habib Cikini termasuk Habib Ali Kwitang.
Warga yang datang berziarah biasanya menyempatkan mengambil air dari mata air di kawasan makam, yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
Menurut keturunan keenam Habib Cikini, Muhamad Amien mengatakan, makam Habib Cikini seringkali dianggap sebagai masjid. Sehingga beberapa kali orang datang untuk melakukan salat Jumat. Sejak awal lokasi ini adalah makam, tempat orang berziarah. Namun, pihaknya juga menyediakan lokasi untuk salat bagi para peziarah yang datang.
"Kita memang siapkan tempat untuk salat, tapi ini makam bukan masjid. Cuma memang lokasi makan kita pisah dengan tempat salat," ungkapnya.
Bangunan makam yang berada di tengah Apartemen dan Rumah Sakit PGI Cikini ini telah direnovasi dan rampung sejak 2013. Muhamad Amien menjelaskan, awalnya makam Habib Cikini hanya berupa makam Joglo layaknya makam orang Jawa pada umumnya.
"Habib ini orang Jawa dia lahir di Semarang. Beliau seorang ulama, panglima perang yang juga ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hanya saja tidak tercatat dalam buku sejarah manusia," kenangnya.
Muhamad Amien menceritakan, sebelumnya makan Habib Cikini ini sempat hendak dipindahkan dari lokasi asalnya oleh beberapa pihak yang ingin merelokasi makam. Namun, ia dan para keturunan serta keluarga Habib Cikini menolak pemindahan makam tersebut dengan berbagai macam upaya dan mediasi.
"Alhamdulillah terjadilah mufakat, sehingga makam ini tidak jadi dipindah dan berdiri hingga saat ini," jelasnya.
Sebagai keturunan keenam Habib Cikini, ia mengenal Habib Cikini sebagai sosok yang berakhlak baik. Habib Cikini sering melakukan dakwah menyiarkan agama Islam mulai dari pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Habib Cikini kemudian menetap di Jakarta dan menikah dengan adik Raden Saleh Syarifah Rogaya hingga wafat pada 1879 tahun.
"Beliau mempunyai akhlak yang mulia, ramah tamah, jika ada yang bertikai beliau yang mendamaikan," ungkapnya.
Dalam berbagai sumber, kemasyhuran Habib Cikini sebagai ulama besar tidak terhenti di masanya. Bahkan setelah Habib Cikini wafat hingga kini masih banyak warga yang datang berziarah ke makam Habib Cikini.
Bahkan, keturunan Habib Cikini pun banyak dikenal warga Jakarta seperti Sayyid Ali bin Abdurrahman Al Habsyi yang dikenal sebagai Habib Kwitang.