Lurah Kartini Ati Mediana menunjukan buku hasil karya Budi Setiono. Foto: Zaki Ahmad Thohir
Budi Setiono (61) seorang tunanetra warga Kelurahan Kartini yang memberanikan diri menembus keterbatasan menjadi penulis dengan beberapa karya tulisan telah berhasil dirangkum ke dalam sebuah buku.
Dia menceritakan sebelumnya pengelihatanya masih wajar sampai di usia 48 tahun saat berkendara dan kemudian mata terasa gelap, lantas memiliki gangguan dalam penglihatan.
Dokter mendiagnosa kurangnya perhatian terhadap kesehatan mata yang membuat penglihatannya menjadi tidak normal. Dirinya tidak menyadari, berawal dari silinder atau masalah dalam kesehatan matanya akan berujung pada tidak berfungsinya penglihatan secara permanen.
“Menurut saya, sosialisasi tentang kesehatan mata kurang, sehingga banyak hal yang kurang saya ketahui. Singkat cerita dari kejadian itu, lantas saya operasi, dan berhasil untuk mata kiri dapat melihat 50 persen, namun 8 tahun kemudian tepatnya 2018 retina mata kiri saya lepas lagi, dan itu tidak bisa diselamatkan sehingga mata saya tidak bisa melihat secara total,” tuturnya.
Diakui Budi, sejak 2018 kemudian dirinya berhenti bekerja yang sebelumnya berkiprah di dunia properti. Mulai saat itulah bergabung dengan kominitas tunanetra yang banyak menaungi para penderita kebutaan untuk mencari peluang rezeki dari kekuranggnya tersebut.
“Banyak teman-teman tunanetra yang terjun di dunia perpijatan, saya pun punya ijazah untuk pijat tunanetra. Selain itu, saya juga ikut pelatihan menulis, dan alhasil saya memiliki ijazah menulis untuk tunanetra. Suatu waktu saya ikut kompetisi menulis namanya Nulis Bareng (Nubar) dan syukur dapat juara, setelah dari situ kumpulan tulisan dari para juara dibukukan jadilah karya pertama saya itu Jampi-Jampi,” katanya.
Sedari memeroleh juara menulis itulah, lanjut Budi, dirinya mulai serius menekuni sebagai penulis sejak 2024 silam. Karya demi karya sudah dihasilkan melalui komunitas penulis tunanetra.
Hingga saat ini sudah tiga buku hasil kolaborasi dengan penulis tunanetra lainnya yang dicetak, buku-buku tersebut berjudul Jampi-jampi, Romansa Masa Sekolah, dan yang teranyar Menggenggam Dunia.
Budi yang memiliki satu istri dan satu anak ini mengkisahkan awal mula berkecimpung dalam menulis yaitu saat sering mendengar video dari youtube terkait pemberitaan, lantas kemudian menjadi ide cerita yang dikolaborasikan dengan kepiawaian editor dalam mengolah kata.
“Jadi untuk saat ini metode menulis melalui WA, awalnya ketika ada ide saya luapkan dalam voice note, terus saya kirim ke editor, kemudian setelah ada perbaikan kata-kata dari editor, baru saya ketik, jadi saya menggunakan aplikasi bantuan untuk tunanetra yang ada di hp ini, bekerja melalui suara,” imbuhnya.
“Saya berharap, dengan talenta yang saya miliki ini melalui karya tulis dapat bermanfaat untuk masyarakat luas dan juga mengunggah teman-teman disabilitas bukan hanya mengeluh namun, bisa bangkit, semangat, dan berbuat positif untuk kebaikan bersama,” ungkapnya.
Ke depan, dirinya sedang mempersiapkan diri untuk membuat solo novel dengan target sebanyak 100 halaman.
Sementara itu, Lurah Kartini Ati Mediana mengaku bangga dengan salah satu warganya yang tinggal di Jalan Kartini VIII Dalam No 9 ini atas keahlian di tengah kondisinya disabilitas yang dideritanya.
“Kita saja yang memiliki kelebihan kondisi tubuh dari Pak Budi belum tentu mau meluangkan waktu untuk menulis namun, Pak Budi ini mampu menjadikan kekurangan yang dimiliki menjadi nilai positif,” ujarnya.
“Saya juga melihat sosok Pak Budi ini dapat memanfaatkan teknologi dengan tepat, artinya beliau menggunakan ponsel untuk menghasilkan karya menulis. Saya berharap ini dapat menjadi pemantik yang lainnya untuk tetap berkarya walaupun berada di kondisi yang kurang menguntungkan,” tutupnya.