Sosok Raden Ajeng Kartini dikenang sebagai salah satu pahlawan Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan dan hak pendidikan bagi kaum perempuan. Banyak perempuan-perempuan yang kemudian melanjutkan perjuangan Kartini di masa sekarang ini. Mereka berkontribusi maksimal dalam penanggulangan pandemi Corona Virus Disease (Covid 19). Tak terkecuali di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat (Jakpus).
Nurhelmi Savitri, menjadi salah satu Kartini masa kini yang dimiliki Pemkot Jakpus. Di tengah gejolak Covid-19, ia terus mengawal dan memonitor warga dan masyarakat Johar Baru. Di saat masyarakat melakukan Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ia justru harus terus bekerja dan siaga. Terjun ke masyarakat memastikan kesehatan warga tetap terjaga, mendistribusikan bantuan untuk warga.
Namun, hal itu bukan masalah baginya. Ia selalu membawa tugas yang diembannya dengan ikhlas, happy, dan santai. "Ada yang mengajarkan saya, kerja itu bawa happy aja, jangan jadi beban. Kalau jadi beban justru akhirnya jadi nggak enak, " ungkap alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) angkatan 03 itu.
Bagi perempuan yang pernah menjadi Lurah Johar Baru dan Lurah Gondangdia ini, membagi waktu untuk urusan pekerjaan maupun untuk keluarga bisa dilakukan dengan fleksibel. Baginya, semua dibiarkan mengalir apa adanya. Kuncinya hanya saling mengisi dan saling menyesuaikan.
“Makanya kalau ditanya ada tantangan, saya rasa nggak ada karena saya selalu jalanin aja. Selama Covid-19 ini saya masuk terus dan belum pernah WFH. Saya (stand by urusan kantor) 24 jam siap, tapi tetap saya harus pantau anak dan keluarga saya di rumah,” tutur ibu dari tiga orang anak ini.
Sebagai orang tua, tentu ia juga pernah mendapat pertanyaan maupun protes dari anak-anaknya yang saat ini sedang bersekolah dari rumah. Sebab, saat kondisi pandemi ini anak-anak yang melakukan sekolah dari rumah dipandu orang tuanya. Tapi hal itu bukan kendala berarti untuk karier dan tugasnya sebagai seorang pamong. Sebab, keluarganya memahami dan memberi dukungan.
"Pernah anak saya yang SD bertanya, mami kok nggak pulang-pulang, temen-temen aku diajarin sama orang tuanya, aku sendirian. Biasanya saya kasih pengertian baru mereka memahami dan menerimanya,” ucap perempuan kelahiran 1973 ini.
Meski demikian, menurutnya keluarga dan anak-anaknya selalu mendukung langkahnya dalam berkarier menjadi pelayan masyarakat. Bahkan mereka banga mempunyai ibu seorang camat.
"Anak-anak saya bangga loh emaknya menjadi Camat, apalagi kalau tiba-tiba ada di TV,” candanya.
Kominfotik JP/NEL (edited by SAF)