Istana Merdeka memang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Akan tetapi, tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Salah satu yang mendapat kesempatan langka adalah Muhammad Ikram Aththariq. Anak Kemayoran ini sukses melenggang ke Istana Merdeka setelah terpilih menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat nasional mewakili Jakarta Pusat.
Dengan pencapaian itu, pria berusia 16 tahun ini berhasil mematahkan stereotipe bahwa hanya kalangan tertentu yang bisa terpilih menjadi Paskibraka nasional. Bagi pria yang bersekolah di SMAN 77 ini, menjadi Paskibraka Nasional merupakan prestasi besar dalam hidupnya. Ia bahkan terus mengajak generasi muda untuk terus bermimpi dan bercita-cita setinggi-tingginya.
"Saya bukan siapa-siapa, bukan anak seorang pejabat, bahkan saya bukan anggota ekskul paskibraka. Tapi saya bisa, nggak ada yang nggak mungkin. Terus bermimpi, raih prestasi, targetkan cita-cita setinggi mungkin," katanya di sela-sela kesibukannya, Selasa (30/8).
Pria yang akrab disapa Aththariq ini menceritakan, kisah dirinya menjadi Paskibraka Nasional. Awalnya ia mengikuti seleksi Paskibraka tingkat kecamatan, kota, hingga tingkat provinsi. Ia kemudian terpilih bersama satu orang siswi mewakili Provinsi DKI Jakarta. Seperti diketahui, setiap provinsi mendapatkan jatah dua orang perwakilan untuk melengkapi 68 orang Paskibraka nasional dari seluruh Indonesia.
"Saya mengikuti karantina selama 42 hari, tidak boleh pulang ke rumah, tidak boleh menggunakan ponsel selama masa karantina," ungkapnya. Melalui masa karantina 42 hari, Aththariq mengaku senang bisa bertemu dengan teman-teman paskibraka lainnya dari seluruh Indonesia. Bahkan, menurutnya hanya dengan mendengar cerita dari teman-temannya itu, ia seperti berkeliling Indonesia.
Hari-harinya di karantina diisi dengan materi wawasan kebangsaan di minggu pertama. Kemudian latihan baris berbaris di minggu kedua. Selanjutnya pelatihan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada minggu keempat. Selama masa karantina juga, ia dilatih untuk disiplin waktu, dan terus menjaga kebersamaan dan kekompakan sesama rekan paskibraka.
"Kami diajarkan dan dituntut untuk terus bersama bagaimana pun caranya. Meskipun secara pribadi kita membawa ego masing-masing," jelas pria yang tinggal di kawasan Cempaka Baru, Kemayoran ini.
"Keras ya pendidikan di sana, tapi ada kebersamaan. Ada hasil yang indah. Ini menjadi investasi di masa depan, menjadi pengalaman yang berharga," tambahnya.
Meskipun jauh dari orang tua, dan tidak diperkenankan mengunakan ponsel, tetapi hal tersebut bukan kendala untuk Aththariq. Ia mengaku bisa mengisi waktu luang dengan menjalin pertemanan dengan perwakilan paskibraka dari 33 provinsi lainnya. Namun, ada satu hal yang sangat dia rindukan selama masa karantina, yakni menu makan bersama sambal.
"Menu makanan di sana itu sehat banget, nggak ada sambal. Sementara aku tuh sangat suka sambal. Jadi setelah karantina, bisa pulang, aku makan dengan sambal," tandas pria yang bercita-cita ingin bekerja di Badan Intelijen Negara (BIN) ini.