Kisah Inspiratif Zainal Songket Tembus Pasar Eropa
Reporter: Shendy Adam F | Editor: Shendy Adam F
Empat dekade berkarya, Zainal Arifin Husin kini menikmati hasilnya. Mengusung jenama Zainal Songket, produknya berhasil menembus pasar luar negeri. Sementara di dalam negeri, sejumlah pejabat negara dan tokoh publik menjadi langganannya.
Zainal adalah salah satu perajin anggota Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Administrasi Jakarta Pusat. Ia mengaku banyak mendapat manfaat dari keikutsertaan di Dekranasda. “Alhamdulillah saya bisa sampai di posisi ini. Saya dulu sering fashion show di sini (kantor wali kota-red) di bawa Pak Idris, Camat Tanah Abang saat itu,” ungkapnya mengenang awal mula mengikuti pembinaan oleh Pemkot Jakarta Pusat.
Baca Juga:
Peningkatan Kualitas Produk Jadi Target Utama Dekranasda Jakpus
Dekranasda Jakpus Kolaborasi dengan FORSEAA Gelar Pelatihan Pembuatan Ikat Serut Menteng
Kain songket adalah komoditas utama Zainal. Pasarnya terbentang mulai dari kalangan biasa sampai selebritas. “Tergantung segmennya, kita menyediakan produk dengan rentang harga yang berbeda,” jelasnya.
Secara rata-rata, kain songket buatan Zainal memang tidak murah. Sebagian besar berharga jutaan hingga puluhan juta. Bahkan, ada produknya yang berbanderol Rp 1 miliar. Namun, itu sebanding dengan proses bagaimana karya tersebut dihasilkan. “Satu kain ini bisa dibuat antara tiga sampai enam bulan. Kami buat dengan tangan, tanpa mesin,” ujar pria berusia 56 tahun itu.
Di Jakarta Pusat ia memiliki ruang produksi di bilangan Kebon Kacang, Tanah Abang. “Saya sudah di sana dari zaman Tanah Abang belum seramai sekarang,” ungkapnya. Kini, ia mempekerjakan 20 orang pegawai.
Kerja keras Zainal tidak sia-sia. Karyanya banyak diminati di luar negeri. Untuk pasar luar negeri, produk yang dijual sudah dalam bentuk pakaian jadi. “Saya biasa mengikuti fashion show di Eropa. Mereka justru lebih menghargai produk-produk lokal dari Indonesia,” lanjutnya.
Ia sedikit mengkritik kebiasaan orang Indonesia yang lebih menghargai barang-barang impor. “Kadang mereka membeli dari sana hanya lihat harga, asal mahal dibeli karena meningkatkan gengsi. Padahal itu aslinya produk dari Indonesia yang dijual di sana,” beber Zainal.
Meski sudah sukses, Zainal tetap berkecimpung di Dekranasda. “Pengusaha UMKM harus bisa naik kelas. Terus belajar supaya tidak dipandang remeh,” pesannya. Ia juga kerap diminta menjadi narasumber di berbagai acara.