Lontong Menu Wajib Perayaan Cap Go Meh

Reporter: Maulana  | Editor: Andreas Pamakayo

Ilustrasi. Foto: Malik Maulana

Setelah perayaan Imlek, ada satu perayaan yang tidak boleh dilupakan yaitu Cap Go Meh.

Cap Go Meh berasal dari kata "Cap Go" yang artinya "lima belas", dan "Meh" yang artinya malam. Secara sederhana Cap Go Meh dapat diartikan sebagai malam kelima belas setelah Tahun Baru Imlek.

Sedangkan secara internasional Cap Go Meh dikenal dengan Festival Lentera atau Festival Lampion yang menjadi puncak dan akhir dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Dalam memperingati Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa biasanya menghabiskan waktu dengan berkumpul bersama keluarga dan melakukan ibadah.

Perayaan yang berlangsung lima belas hari setelah Imlek ini pun wajib menyertakan beberapa kuliner khas Tionghoa.

Salah satu hidangan yang biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap Go Meh ialah, Lontong Cap Go Meh.

Lontong Cap Go Meh adalah masakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia, tepatnya masakan Jawa.

Lontong Cap Go Meh sendiri sebenarnya tidak berbeda dari lontong biasa. Isiannya pun mirip yaitu lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, bubuk koya, abon sapi, sambal, serta tidak lupa kerupuk.

Lontong Cap Go Meh memiliki arti tersendiri bagi etnis Tionghoa di Indonesia dan dianggap spesial dan pembawa keberuntungan.

Bentuk lontong yang panjang dianggap melambangkan panjang umur. Sementara telur melambangkan keberuntungan, dan santan yang dibumbui kuah kunyit berwarna keemasan melambangkan emas dan keberuntungan.

Warna kuning keemasan pada lontong ini dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kekayaan yang tentunya seperti perayaan Imlek, warna emas atau kuning merupakan warna keberuntungan.

Dengan menghidangkan dan memakan lontong Cap Go Meh pada Hari Raya Imlek, dipercaya oleh masyarakat Tionghoa akan mendapatkan keberuntungan, rezeki, dan kemakmuran.

Tak hanya lauknya yang memiliki filosofi, penyajian lontong ini juga memiliki makna mendalam.

Saat menyajikan lontong Cap Go Meh, piring yang menjadi wadah harus terisi penuh, menjulang tinggi, dengan berbagai lauk dan kuah yang melimpah menandakan doa dan harapan untuk rezeki yang melimpah.

Di Jakarta Pusat kita bisa menemukan kuliner khas Tionghoa di beberapa restoran mulai dari Kedai Tjikini, Gado-Gado Cikini, Gado-Gado Cemara Tanah Abang, dan restoran lainnya yang dibanderol dengan harga mulai Rp 45 ribu hingga Rp 60 ribu.