Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat Arifin menghadiri peluncuran buku biografi Gubernur DKI Jakarta. Foto: R Maulana Yusuf
Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat Arifin bersama Wakil Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat Eric PZ Lumbun dan Sekertaris Kota Administrasi Jakarta Pusat Denny Ramdany menghadiri peluncuran buku biografi Gubernur DKI Jakarta berjudul "Panggung Depan Panggung Belakang: Seuntai Kata dan Rupa Pramono Anung Wibowo (Bang Nung)" di Balai Agung, Balaikota DKI Jakarta, Rabu (6/8).
Dalam sambutannya, Pramono Anung menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses penulisan buku tersebut.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada istri saya yang sejak awal begitu sabar dan konsisten mendorong proses penulisan buku ini. Beliaulah yang merancang, mendukung, bahkan mengatur waktu pertemuan dengan penulis," katanya.
Pramono juga menyampaikan apresiasi kepada para penulis, Wisnu Nugroho dan Chandra Gautama, yang berhasil merangkai kata dan meramu peristiwa menjadi sebuah narasi yang penuh makna.
"Terima kasih juga kepada Mas Yasser dan Mas Aji yang merancang visualisasi buku ini dengan pendekatan segar, hangat, dan sangat dekat dengan pembaca muda. Pendekatan desain yang humanis ini menjadikan buku ini tidak hanya informatif, tetapi juga menyenangkan untuk dinikmati," ucapnya.
Ia menyebut nilai-nilai hidup selama perjalanan kariernya terangkum dengan baik dalam buku ini. Hal tersebut tak lepas dari peran orang tua, para guru, serta keluarga yang selalu menjadi tempatnya pulang di tengah dinamika kota dan pekerjaan.
"Secara struktur, buku ini terbagi menjadi dua bagian utama: Panggung Depan dan Panggung Belakang. Bagian Panggung Depan merangkum jejak langkah saya melalui kutipan media, artikel, dan berbagai dokumentasi publik. Sedangkan Panggung Belakang merupakan kumpulan kesan, cerita, dan pandangan dari para narasumber," ujarnya.
Dalam bukunya, Gubernur Pramono membagikan lima nilai utama yang menjadi pilar dalam perjalanan hidup dan kariernya, yaitu pengaruh orang tua, guru, dan keluarga dalam membentuk jati dirinya. Ada juga bagian yang membahas tentang masa muda dan aktivisme; pengalaman pemerintahan; peran dalam keluarga; hingga keputusan menjadi gubernur.
Ia juga menyoroti peranan yang ia jalani saat ini sebagai gubernur Jakarta. Baginya, mengemban amanat sebagai gubernur merupakan kejutan kehidupan yang tak pernah ia duga.
"Saya tidak pernah membedakan orang yang mendukung saya atau tidak. Sama sekali tidak. Karena saya ingin bekerja dalam orkestrasi yang bisa memberikan kenyamanan, kegembiraan bagi kita semua. Saudara-saudara sekalian, yang terakhir yang ingin saya sampaikan adalah, saya mengutip kata-kata dari bapak saya. Bapak saya guru, akhirnya menjadi kepala sekolah. Saya enggak pernah lupa (pesan bapak) dalam hidup saya 'kamu jangan korupsi, kalau masih kurang, kerja.' Itu betul-betul saya lakukan," kenang Gubernur Pramono sembari menitikkan air mata.
Acara peluncuran buku dihadiri oleh keluarga, kolega, tokoh masyarakat, dan tamu undangan dari berbagai kalangan. "Buku ini bukan hanya dokumentasi perjalanan hidup seorang pejabat publik, tetapi juga cerminan nilai-nilai yang membentuknya, serta warisan pemikiran yang ingin dibagikan kepada generasi mendatang," pungkasnya.