Kerasnya Hidup Berbuah Manis

Reporter: Kominfotik JP  |  Editor: Kominfotik JP

Suara nyanyian Selamat Ulang Tahun dari anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memecah kelelahan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat (Jakpus) usai melakukan senam bersama. Dengan suara nyaring sambil membawa balon berwarna-warni serta spanduk ucapan selamat ulang tahun untuk Wali Kota Jakpus, Mangara Pardede yang hari ini genap berusia 58 tahun. Sejurus kemudian Mangara nampak kaget sekaligus bahagia, rona bahagia terpancar jelas di wajahnya yang keras.

Bahagia makin terpampang saat istrinya datang membawa kue ulang tahun yang cukup besar bergambar dirinya. Tak ketinggalan pasukan pelangi Jakpus memeriahkan ulang tahun Mangara, dengan lantunan musik perkusi. Seperti pada perayaan ulang tahun lainnya, kejutan untuk merayakan hari ulang tahun Mangara diisi dengan bernyanyi, meniup lilin, memotong kue, dan foto bersama. Baginya perayaan ulang tahun bukan suatu yang terus dirayakan, sebab sejak kecil dirinya tidak merayakan ulang tahun hanya doa dari kedua orang tuanya yang selalu menemani ultahnya dari tahun ke tahun.

“Sejak saya kecil ulang tahun di keluarga kami hanya dipersatukan dalam doa, tidak ada potong ayam, tidak ada potong kue. Hanya kalau paman datang baru potong ayam. Ituah perayaan ulang tahun di keluarga kami,” kenangnya dihadapan para PNS, Jumat (11/8).

Besar dari keluarga yang mengedepankan kerja keras, Mangara didik dengan sangat keras oleh ayahnya. Hari-harinya saat anak-anak tak pernah diisi dengan bermain-main, waktunya hanya dihabiskan untuk belajar dan belajar. Ibunya pun harus berjuang untuk menambah pendapatan keluarga dengan berjualan kain dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.

“Saya tidak pernah bermain dengan anak-anak seusia saya apalagi saat terang bulan dimana anak-anak seusia saya bermain. Waktu saya, saya habiskan di meja belajar. Ayah saya mendidik saya dengan keras, bila saya sekarang ada diposisi ini itu karena didikan ayah saya yang keras,” ungkapnya.

Terbiasa melakukan segala hal dengan kerja keras, membuat Mangara menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah. Begitupun saat dirinya memutuskan hijrah ke Jakarta saat Sekolah Menengah Atas (SMA). Tinggal bersama kakaknya, tak lantas membuatnya bersantai-santai, apalagi menghayalkan kehidupan kota besar yang serba mudah seperti persepsinya saat di kampung halamannya di Sumatra Utara. Seluruh mind setnya dirubah oleh kakaknya yang mendidiknya lebih keras dari sang ayah.

“Jangan dikira tinggal di Jakarta enak, saya harus bangun pagi membersihakan dua mobil abang saya yang akan dipakainya ke kantor dan megantar anak-anaknya. Saat anaknya diantar kesekolah dengan mobil yang saya cuci, saya tidak diajaknya padahal mobil itu saya yang bersihkan. Tapi itu pelajaran buat saya, pelajaran dan perjuangan saya,” tambah mangara

Diusianya yang telah 58 tahun ini, dirinya sudah dekat dengan masa pensiun. Pihaknya pun tengah bersiap untuk menyambut masa pensiun dengan bahagia. Baginya masa purna tugas merupakan masa dimana dia akan memasuki dunia baru. Dunia dimana tidak ada aturan dan tata tertib. Dihari ulang tahunnya ini, dirinya amat sangat bersyukur mendapat berkah umur panjang dari Tuhan, sekaligus kejutan manis dari para jajaran dan orang terkasihnya.

“Saya tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata betapa besarnya hati saya hari ini kecuali berdoa pada Tuhan puji syukur. Saya tidak menyangka akan mendapat surprise seperti ini, siapaun sutradaranya pasti dia orang yang hebat,” tutupnya.

Kominfotik JP/NEL