PPAPP Jakpus Gelar Sosialisasi Bahaya Narkoba Untuk Kader PKK dan Pengelola RPTRA

Reporter: Kominfotik JP  |  Editor: Kominfotik JP

Sudin Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Pusat (Jakpus) mengelar sosialisasi pencegahan dan bahaya narkoba bagi para kader Peningkatan Kesejahtraan Keluarga (PKK) dan para pengelola Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Jakpus.

Kasudin PPAPP Jakpus Erma Suryani mengungkapkan, sosialisasi ini dilakukan guna memberikan pemahaman kepada kader PKK mengenai bahaya narkoba, apalagi saat ini narkoba sudah merambah dunia anak. Pengetahuan orang tua dan anak yang minim mengenai narkoba, membuat orang tua tak sadar anaknya terkena pengaruh narkoba. Apalagi dengan bentuk dan macam-macam jenis narkoba seperti permen dapat mengelabui orang tua dan anak.

“Bentuk narkoba sekarang macam-macam, lucu-lucu kaya permen jadi anak SD nggak tau kalau itu narkoba dikiranya permen biasa. Bagaimana nasib bangsa ini bila anak SD sudah pakai narkoba, itulah pentingnya sosialisasi ini untuk memberikan gambaran, infomasi mengenai jenis dan bahaya narkoba,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Rehabilitasi Narkoba Indonesia sekaligus pemilik Yayasan Rehabilitasi Rekan Sebaya, Siti Aisyah Dahlan menerangkan, efek dari mengkonsumsi narkoba membuat para pecandu narkoba mudah marah, mudah takut, mudah sedih. Sebab, pada pecandu narkoba sistem limbik pada otak yang diserang. Dimana sistem ini mempengaruhi emosi pada manusia. Selain itu, otak dan sistem syaraf pada tubuh juga dirusak.

“Berbahaya sekali narkoba ini, selain menimbulkan ketergantungan juga merusak sistem kerja otak dan tubuh pengunanya,” ungkapnya.

Selain faktor pergaulan dan minimnya informasi mengenai bahaya narkoba di lingkungan maupun sekolah, hubungan keluarga juga menjadi faktor seseorang mengkonsumsi narkoba. Salah satu anak binaanya yang kini sudah lepas dari narkoba mengaku sudah mulai mencoba mengkonsumsi narkoba sejak SD kelas 6, berawal dari iseng melihat rokok ayahnya yang tergeletak di asbak. Kesibukan kedua orang tuanya sebagai pekerja, hingga kurang memperhatikan kondisi anak, membuat anak binaanya mulai merambah mencoba ganja dan minuman beralkohol.

“Jadi meskipun orang tuanya bekerja, orang tua tetap harus memberikan perhatian pada anak, harus berkomunikasi. Sapa anak dengan manis, tunjukan wajah yang segar dan cantik jangan justru cemberut dan memarahi si anak. Kalau anak merasa tidak nyaman di rumah dia akan pergi mencari kenyamanan di luar, ini bisa jadi celah masuknya narkoba,” terangnya.

Pihaknya menghimbau, agar sejak dini orang tua maupun masyarakat memiliki kepekaan kepada anak jangan sampai mengkonsumsi narkoba. Apabila sudah terjadi, ada yang mengkonsumsi narkoba silahkan laporkan untuk direhabilitasi. Proses rehabilitasi ini bisa melalui puskesmas kecamatan hingga tingkat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Dinas sosial, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) setelah ditangani barulah akan direkomendasikan rujukan tempat rehabilitasi.

“Untuk pusat rehabilitasi Rekan Sebaya kita punya beberapa metode seperti komunitas kebersamaan, dengan tinggal bersama dan beraktifitas bersama. Selain itu kami juga mengabungkan metode tradisional, psikologi, intelektual, dan agama dalam metode penyembuhan kami. Program kita 1 tahun masa rehabilitasi. Setelah satu tahun barulah kami kembalikan pada orang tua, dengan catatan si penguna harus mengikuti pertemuan bulanan tiap bulan,” paparnya.

Soal biaya, lanjut dia, pihaknya tidak pernah mematok biaya khusus untuk proses rehabilitasi, menurutnya biaya rehabilitasi di pusat rehabilitasi yang didirikannya cukup terjangkau. Masyarakat tidak perlu hawatir dan ragu untuk minta direhabilitasi.

Selain memberikan seminar interaktif mengenai penyalahgunaan narkoba, pihaknya mengandeng warga binaanya untuk melakukan demo mengenai bahaya narkoba, warga binaan yang merupakan mantan pecandu narkoba ini juga menghibur penonton dengan bernyanyi.

 

Kominfotik JP/NEL