Difabis Coffee and Tea Terowongan Kendal Berdayakan Para Difabel

Reporter: Maulana | Editor: Andreas Pamakayo

Difabis Coffee and Tea di Terowongan Kendal. Foto: Maulana

Kebanyakan orang masih menganggap para difabel adalah orang yang ‘berbeda’ dengan mereka yang memiliki kondisi normal.

Padahal anggapan tersebut merupakan hal yang salah. Difabel juga memiliki kesempatan untuk sukses dan bahagia. Memiliki kekurangan atau disability, bukanlah hal yang dapat menghalangi seseorang untuk meraih sukses.

Di Jakarta khususnya, paradigma mengenai difabel tidak bisa sukses terus coba dihilangkan. Para Difabel pun bisa beraktivitas layaknya orang normal.

Hal itu bisa dilihat, di Difabis Coffee and Tea yang berada di Terowongan Kendal, kawasan Transit Oriented Development (TOD) atau pusat pertemuan warga urban untuk melakukan perpindahan moda transportasi lainnya yang terletak di Dukuh Atas, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Di sini teman-teman difabel diberdayakan untuk dapat berkarya dan mandiri dengan cara berjualan pada sebuah kios usai mendapat pelatihan dari Baznas.

Untuk bertransaksi di sini, Anda harus menggunakan bahasa isyarat Bisindo. Namun, tak perlu bingung atau khawatir, karena tepat di depan cafe terdapat tata cara memesan menggunakan gaya bahasa isyarat sehingga pegawai dan pengunjung mudah untuk berkomunikasi.

Salah satu pendamping para difabel, Adi menjelaskan, Difabis Coffee and Tea sudah berdiri sejak satu tahun lalu dan memiliki menu yang bervariasi mengikuti perkembangan zaman.

"Kami memberdayakan enam orang difabel terdiri dari lima tunarungu dan satu orang tunadaksa. Alhamdulillah lumayan ramai, tetapi fluktuatif, karena makanan dan minuman bervariasi serta rasanya mengikuti tren masa kini," jelasnya.

Menurutnya, pangsa pasar di Terowongan Kendal ini cukup baik karena merupakan kawasan premium yang banyak dilalui oleh pelajar, mahasiswa dan pekerja.

"Cukup bagus, khususnya jam berangkat dan pulang kantor, biasanya yang beli pelajar mahasiswa dan karyawan," ucapnya.

Harga yang ditawarkan Difabis Coffee and Tea pun cukup terjangkau, untuk minuman dibanderol mulai Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, sementara makanan dibanderol mulai Rp 10 ribu.

"Keuntungan yang didapat digunakan untuk restock barang, pengembangan dan pembinaan para difabel. Kita juga ingin kembangkan di beberapa daerah, dan rencana ke depan difabis ini akan dibuat di setiap stasiun MRT atau lokasi strategis lainnya," Adi mengungkapkan.

Ada program yang menarik pada Difabis Coffee and Tea yaitu program "coffee dibagi dan kue dibagi" di mana pembeli bisa berbagi dengan beli 2 coffee atau 2 kue, dan satunya diberikan untuk orang lain.

Pembeli mendapat stiker yang bisa ditempel di papan, nantinya orang yang ingin dapat minuman gratis dapat mengambil stiker dan menyerahkan ke kasir untuk memperoleh minuman atau makanan gratisnya, karena sudah dibayar oleh orang lain.

"Harapannya para difabel bisa diterima di masyarakat, jangan memarginalkan para difabel karena mereka sama seperti kita. Kita harus belajar bagaimana menciptakan Jakarta yang ramah difabel," harapnya.

Difabis ini buka setiap hari, Senin hingga Sabtu dari pukul 12.30 WIB hingga pukul 19.00 WIB dan Minggu mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB menyesuaikan situasi yang diterapkan di Jakarta.