Wilayah RW 01 Rawasari Diharapkan Raih Predikat Utama Proklim

Reporter: Nelly | Editor: Iman

Verifikasi dan Penilaian Proklim di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawasari Ceria, Senin (1/8)., Foto: Zaki

Rukun Warga (RW) 01 Kelurahan Rawasari diharapkan dapat meraih predikat utama program kampung iklim (proklim). Hal ini diungkapkan Camat Cempaka Putih, Fauzi saat melakukan Verifikasi dan Penilaian Proklim di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawasari Ceria, Senin (1/8).

Dalam kesempatan itu, Fauzi mengatakan, pihaknya beserta para warga sudah melakukan upaya dalam melakukan penataan lingkungan dan penghijauan. Yang berguna untuk mengurangi efek polusi dan menciptakan udara yang bersih. Sehingga pada verifikasi dan penilaian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), RW 01 Kelurahan Rawasari diharapkan dapat meraih predikat utama.

“Harapannya RW 01 ini menjadi pilot project untuk RW lainnya, setelah RW 03 Cempaka Putih Timur memperoleh kesempatan meningkatkan predikat dari utama menuju lestari. RW 01 ini menjadi penerus RW 03 di Kecamatan Cempaka Putih ini,” ungkapnya disela-sela penilaian.  

“Selain RW 01 Kelurahan Rawasari, harapannya dari 30 RW se-Kecamatan Cempaka Putih semuanya dapat memperoleh predikat proklim tahun depan.
Tahun ini ada empat sampai lima RW yang diusulkan memperoleh (predikat) madya di tingkat Provinsi. Sehingga, tahun depan bisa ada RW berikutnya untuk memperoleh predikat dari mulai pratama, madya, dan utama. Mudah-mudahan bisa pada beberapa tahun ke depan bisa memperoleh predikat lestari,” jelasnya.

Di tempat yang sama Ketua RW 01, Ayi menerangkan, RW 01 Kelurahan Rawasari sebelumnya sudah mendapatkan predikat madya untuk Proklim Tahun 2019. Sehingga di tahun ini RW 01 menjadi titik untuk proklim tingkat nasional predikat utama. Di mana saat ini di RW 01 ini telah menerapkan program pilah sampah sesuai Pergub 77 tahun 2022 tentang pengelolaam sampah. Selain itu, ada program pengambilan sampah organik terjadwal, daur ulang popok berdaya serap, bank sampah. Serta produksi pangan seperti pakcoy, lele, dan rosella.

“Makanan biasanya itu lele per tiga bulan sekali, pakcoy per dua bulan sekali. Jadi kapan kita panen, kita akan olah,” terangnya.

Ayi mengatakan, tidak mudah mengubah pola pikir warga untuk bersama-sama menjaga lingkungan. Namun menurutnya, lambat laun pola fikir masyarakat bisa dirubah.

“Kita pelan-pelan rubah mindset mereka terkait sampah. Di mana saat ini mereka sudah bisa bersahabat dengan sampah. Karena sampah ini bisa menghasilkan rupiah,” tandasnya.  (Nelly)